Selasa, 14 Desember 2010

Bai at dalam Islam

Oleh
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Pertanyaan :
Syaikh Salih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Fadhilatusy Syaikh ! Termasuk perkara yg dianggap remeh manusia sekarang ini ialah masalah ba’iat. Ada beberapa orang yg berpendapat boleh memberikan bai’at kpd salah satu kelompok Islam yg ada sekarang ini, kendati di sana ada bai’at-bai’at lain bagi kelompok lain pula. Kadangkala pemimpin yg dibai’at ini tdk dikenal dgn alasan masih ‘dirahasiakan’. Bagaimanakah hukum bai’at seperti itu ? Apakah hukum berbeda di dalam negeri-negeri kafir atau negara yg tdk berhukum dgn hukum Allah ?
Jawaban.
Bai’at hanya boleh diberikan kpd penguasa kaum muslimin. Bai’at-bai’at yg berbilang-bilang dan bid’ah itu mrpkn akibat perpecahan. Setiap kaum muslimin yg berada dalam satu pemerintahan dan satu kekuasaan wajib memberikan satu bai’at kpd satu orang pemimpin. Tidaklah dibenarkan memunculkan bai’at-bai’at yg lain. Bai’at-bai’at tersebut mrpkn hasil perpecahan kaum muslimin pada zaman ini dan akibat kejahilan tentang agama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang itu, beliau bersabda.
“Arti : Siapa saja yg ingin memecah belah persatuan kalian setelah kalian sepakat mengangkat seorang pemimpin maka tebaslah lehernya”
Atau sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika didapati orang yg ingin membangkang pemerintah yg berdaulat dan berusaha memecah belah persatuan kaum muslimin maka Rasulullah telah memerintahkan waliyul amri berserta segenap kaum muslimin untuk memerangi pembangkang tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Arti : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu beruntuk aniaya terhadap golongan yg lain maka perangilah golongan yg beruntuk aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kpd perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kpd perintah Allah) maka damaikanlah antara kedua dgn adil dan dan berlaku adillah. SesungguhnyaAllah menyukai orang-orang yg berlaku adil” [Al-Hujurat : 9]
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu serta beberapa sahabat yg senoir memerangi kelompok Khawarij dan kaum pembangkang hingga berhasil ditumpas dan memadamkan kekuatan mereka sehingga kaum musilimin aman dari kejahatan mereka. Ini mrpkn sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau telah memerintahkan kaum muslimin agar memerangi kaum pemberontak dan kelompok Khawarij yg berusaha memecah belah persatuan kaum muslimin dan membangkang pemerintah. Semua itu demi menjaga persatuan dan kesatuan jama’ah kaum muslimin dari rongrongan perpecahan dan perselisihan.

APA HUKUM ORANG YANG MENISBATKAN DIRI KEPADA SALAH SATU JAMA’AH YANG MENERAPKAN SISTEM SIRRIYAH DAN BA’IAH

Pertanyaan :
Syaikh Salih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apa hukum orang yg menisbatkan diri kpd salah satu jama’ah? Khusus kpd jama’ah yg menerapkan sistem sirriyah dan ba’iah terhadap pengikut ?
Jawaban.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa perpecahan bakal terjadi. Pada kondisi demikian beliau memerintahkan kita untuk berpegang teguh persatuan dan isitiqamah di atas petunjuk Rasulllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabat beliau. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda.
“Arti : Umat Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan. Umat Nashrani telah terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan dan umat ini akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan seluruh masuk Neraka kecuali satu. Para sahabat berta : “Siapakah golongan yg satu itu, wahai Rasulullah !” Beliau menjawab : “Siapa saja yg berada diatas pertunjukku dan di atas petunjuk sahabat-sahabatku”
Ketika para sahabat meminta wasiat kpd beliau, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Arti : Aku wasiatkan kamu agar selalu bertakwa, patuh dan taat (kpd pemimpin) walaupun yg memimpin kamu ialah seorang budak. Sebab siapa saja yg hidup sepeninggalku ia pasti melihat perselisihan yg sangat banyak. Maka berpegang teguhlah kpd sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin setelahku. Peganglah ia erat-erat dan gigitlah dgn gigi gerahammu (sungguh-sungguhlhah)”
Itulah pedoman yg hrs ditempuh oleh kaum muslimin sekarang ini sampai hari Kiamat. Yaitu dalam menghadapi perselisihan hendaklah merujuk kpd pedoman Salafush Shalih dalam masalah apapun, terutama masalah dien, manhaj, bai’at dan lain-lain.
[Disalin dari kitab Muraja’att fi fiqhil waqi’ as-sunnah wal fikri ‘ala dhauil kitabi wa sunnah, edisi Indonesia Koreksi Total Masalah Politik & Pemikiran Dalam Perspektif Al-Qur’an & As-Sunnah, hal 59-63 Terbitan Darul Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari]

0 komentar:

Posting Komentar