Rabu, 15 Desember 2010

sejarahwan matematika


Ibnu Sina



Patung Ibnu Sina di Dushanbe
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu." pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Awal Kehidupan
Kehidupannyan dikenal lewat sumber - sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus salat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu kedai buku seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai." Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.
Kematian
Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah. saat itu dia sedang sakit parah tetapi tetap saja bersikeras utuk mengajar anak-anak, saat dia wafat anak-anak itu merasa beruntung sekali mempunyai kesempatan untuk bertemu ke ibnu sina untuk terakhir kalinya karena saat akan dibawa ke rumah dia sudah kehilangan nyawa dan tidak dapat ditolong
Karya Ibnu Sina
• Qanun fi Thib (Canon of Medicine)(Terjemahan bebas:Aturan Pengobatan)
• Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
• An Najat

Keluarga Bolyai

Farkas Wolfgang Bolyai (1775 – 1856)
Wolfgang Bolyai lahir di Bolya (dekat Nagyszeben), Transylvania, Kerajaan Austria (sekarang Sibiu, Romania). Wolfgang bersekolah di Jena, sebelum melanjutkan di Gottingen. Menjadi mahasiswa di Gottingen, dia diajar oleh Kaestner dan mempunyai sahabat karib sekaligus teman kuliah yang sangat terkenal [Carl Friedrich] Gauss. Ucapannya ketika berkunjung ke rumah Gauss ditanya oleh Dorothea Benz, ibunda Gauss, bahwa: “Gauss adalah matematikawan terbesar di Eropa” sangatlah terkenal.
Minat utama Wolfgang adalah dasar-dasar geometri dan postulat kelima Euclid, postulat kesejajaran, pada khususnya. Selalu berkirim surat dengan Gauss selama hidupnya tentang kedua topik di atas. Karyanya berjudul Tentamen (dua jilid) merupakan kiprahnya untuk memberikan dasar geometri, aritmatika, aljabar dan analisis yang sistematik.
Begitu selesai kuliah di Gottingen pada tahun 1799, pulang ke Hongaria dan mengajar matematika, fisika dan kimia pada Reformed College di Marosvasarhely selain mengajar anaknya sendiri. Putus asa dengan postulat kesejajaran yang diketahuinya mempunyai kejanggalan namun tidak dapat dibuktikannya membuat dia menulis surat kepada anaknya:
Jangan berkutat dengan postulat kesejajaran, karena akan mengurangi kenyamanan, kesehatan dan ketenangan, dan seluruh kebahagiaan dalam hidup ini.
Gagal membuktikan postulat akhirnya menikmati masa tuanya dengan menulis puisi, musik dan drama, sebelum meninggal di Marosvasarhely, Transylvania, Kerajaan Austria (sekarang Tirgu Mures, Romania).
Janos Bolyai (1802 – 1860)
Lahir di Kolozsvar, Transylvania, dimana pada saat itu masih berada dalam pemerintahan Grand Duke Hongaria di bawah pimpinan keluarga Hapsburg. Janos memasuki angkatan perang dengan reputasi sebagai officer terpuji. Awalnya menerima postulat-postulat Euclid sebagai aksioma yang berdiri sendiri dan menemukan bahwa memungkinkan mengkonstruksi geometri, dengan dasar aksioma-aksioma lainnya, satu titik dalam bidang yang terdiri dari garis-garis tidak terhingga yang tidak bersinggungan dengan garis pada bidang tersebut. Gagasan ini, oleh sang ayah, dikirimkan ke Gauss untuk dimintai pendapat tentang gagasan tidak biasa ini. Jawaban Gauss, memuji gagasan itu, namun tidak disarankan untuk dilanjutkan.
Kecewa dengan komentar ini. Semangatnya untuk menjadi ilmuwan ternama surut. Kekecewaan ini terus membayangi sehingga dia sulit berkonsentrasi meskipun ada makalah karyanya. Tidak produktif sampai dia meninggal.
Semasa remaja mampu mengungkapkan “kejanggalan” postulat kesejajaran Euclid dan merintis apa yang disebut dengan geometri non-Euclidian yang berbeda dengan penemuan Lobachevski.
Usia 21 tahun, melanggar larangan ayahnya karena mengembangkan geometri yang beda dengan postulat kelima yaitu dengan geometri hiperbolik dan ternyata mampu memecahkan kebuntuan yang dialami oleh ayahnya. Penemuan ini mendasari teori-teori fisika modern yang muncul pada abad kedua-puluh. Tidak pernah menerbitkan makalah Appendix tidak lebih dari 26 halaman, karena tidak mampu mempublikasikan penemuannya, namun Janos meninggalkan 3.000 halaman artikel matematka dan 11.000 halaman makalah lain ketika dia meninggal. Janos Bolyai meninggal di Marosvasarhely, Transylvania.
Sumbangsih
Bapak anak yang “terpikat” dengan postulat kesejajaran Euclid. Kepenasaran sang ayah diteruskan oleh anak yang sukses menemukan “kejanggalan” postulat itu dan mencetuskan geometri non-Euclidian dengan cara yang berbeda dari penemuan Nicolai Lobachevski. Semangatnya mudah runtuh sehingga sulit mengembangkan bakat matematikanya yang sebenarnya cemerlang.

0 komentar:

Posting Komentar